MY PHOTOS

Tuesday, January 29, 2019

Kelompok Abu Sayyaf

Al Harakat Al Islamiyya merupakan nama lain dari Abu Sayyaf Group. Kelompok militan Muslim garis keras ini memiliki basis di sekitar kepulauan selatan Filipina, antara lain Jolo, Basilan, dan Mindanao. Pihak Angkatan Bersenjata Filipina selalu menyebut bahwa pemimpin kelompok tersebut adalah Khadaffi Janjalani. Kelak pihak militer juga mengatakan bahwa kelompok Abu Sayyaf akan memperluas jaringannya ke Malaysia dan Indonesia.

Kelompok Abu Sayyaf dibentuk pada tahun 1991 oleh seorang uztads alumni Timur Tengah, yakni Abdul Rajak Abubakar Janjalani. Pada awalnya, mereka hanya terdiri dari 30 anggota inti yang memiliki tujuan untuk mendirikan negara Islam. Mereka menamakan diri dengan nama Al Harakat Al Islamiyya. Namun, kemudian lebih dikenal publik dengan sebutan Abu Sayyaf (Sang Pembawa Pedang).

Abdul Rajak tidak mengajarkan para pengikutnya untuk membenci Kristen. Merekan hanya saja tidak suka dengan cara golongan Kristen memerintah Filipina. Misalnya, hari besar Kristen merupakan hari libur sedangkan pada hari besar Islam, Muslim tetap harus bersekolah ataupun bekerja. Gagasan Abdul Rajak bagi umat Islam dan Kristen Mindanao adalah agar dapat hidup berdampingan secara damai.

Konom, Abdul Rajak merupakan pemimpin yang egaliter. Kisah-kisah pendiri kelompok Abu Sayyaf memiliki kemiripan cerita Robin Hood yang "mendermakan hasil rampokan bagi kaum miskin". Suatu saat, kelompok tersebut mengirim surat ancaman ke perusahaan listrik dan air minum supaya menurunkan tarif yang mencekik rakyat.

Abdul Rajak memiliki keinginan untuk menolong orang-orang yang tertindas. Kelompoknya pernah membagi-bagikan uang hasil tebusan sandra dan menyumbangkan kambing, ayam, serta motor untuk perahu bagi penduduk. Itulah alasan, Abdul Rajak dan juga para pengikutnya mendapatkan banyak sekali dukungan, khususnya dari warga desa.

Oleh instruktur dari Afganistan dan Suriah, mereka dilatih dengan menggunakan senjata M-16, M-14, dan 60mm mortar. Sejak awal, kelompok Abu Sayyaf mencari nafkah sehari-hari untuk hidup dan juga membeli persenjataan dengan menggunakan metode menculik serta memalak para pengusaha, bahkan guru sekalipun. Mereka tidak segan-segan membunuh apabila korbannya tidak mau menyerahkan uang.

Posisi mereka juga tergolong kuat karena mendapat dukungan dari beberapa politisi, misalnya Gubernur Basilian Muhammad Wahab Akbar. Masyarakat bahkan juga memberikan dukungan kepada mereka karena sering membagikan hasil tebusannya. Saat masyarakat meminta motorboat, kelompok Abu Sayyaf memberinya. Di daerah Kota Lantawan, karena begitu simpatik, masyarakat bahkan bersedia menyembunyikan persenjataan mereka. Itulah sebabnya militer tidak dapat menemukan lokasi klandestin. Sebagai imbalan, kelompok Abbu Sayyaf menolong kesulitan ekonomi masyarakat sehari-hari. Apabila tidak dipatuhi, maka mereka akan menyabotase dan bahkan tidak segan-segan untuk membunuh.

Jumlah anggota kelompok Abu Sayyaf pernah berkembang hingga mencapai 4 ribu orang pada tahun 2000. Kelompok ini membiayai operasinya dengan memanfaatkan uang tebusan operasi penculikan dan juga jasa perlindungan dari pengusaha serta politisi lokal. Kelompok ini bahkan mengutip uang dari para guru sebesar 50 peso tiap bulan. Pada saat itu, pembunuhan tidak boleh seenaknya dilakukan, melainkan harus melalui keputusan organisasi. Namun, ketika Abdul Rajak digantikan olej Khadaffi Janjalani, adik Abdul Rajak, lantaran Abdul Rajak tewas tertembak, kekerasan gerilyawan Abu Sayyaf cenderung tidak terkontrol. "Kiblat" kelompok Abu Sayyaf mengalami perubahan setelah Abdul Rajak tewas terkena peluru militer Filipina pada tahun 1998. Khadaffi Janjalani langsung menaikkan setoran para guru yang semula 50 peso menjadi 200 peso.

Abu Sayyaf mendapatkan supply senjata dari para serdadu pemerintah Filipina. Senjata-senjata tersebut diselundupkan di truk-truk tentara dengan ditutupi terpal dan tandan pisang. Ada juga informasi yang menyebutkan bahwa kelompok Abu Sayyaf juga dimanfaatkan pihak intelijen Filipina. Setidaknya, begitu kata Muslimin Sema, Wali Kota Cotabato, sebuah daerah di Mindanao.

Abu Sayyaf dahulu didukung oleh militer untuk mendiskreditkan Moro National Liberation Front (MNLF) dan Moro Islamic Liberation Front (MILF). Namun, tindakan tersebut kemudian justru malah menyulitkan pemerintah Filipina. Akibat datangnya uang tebusan atau permainan politisi lokal dan oknum militer Filipina, peralatan gerilyawan Abu Sayyaf bertambah canggih. Kapal patroli Angkatan Laut Filipina, misalnya, tidak dapat mendeteksi kehadiran speedboat gerilyawan Abu Sayyaf di rawa-rawa hutan mangrove.

No comments:

Post a Comment